PENURUNAN TARIF ANGKUTAN UMUM

by bani Tue 16 Dec 2008, 15:10

DISHUB, ORGANDA DAN OPERATOR BERUNDING
Akan Diturunkan, Tarif Angkutan Jakarta

Oleh Suharto dan Bani Saksono

JAKARTA- Menyusul penurunan harga bahan bakar, baik premium maupun solar, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menurunkan tarif angkutan umum.

“Harusnya memang berpengaruh, tapi itu kan harus ada kesepakatan,” kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Senin (15/12) di Balai Kota. Karenanya, saat ini, Pemprov DKI yang diwakili Dinas Peruhubungan (Dishub) sedangintensif mengadakan pembicaraan dengan Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) dan operator angkutan umum.
Menurut Fauzi, penurunan harga solar lebih dari 10% yaitu sebesar Rp 700, maupun premium dari Rp 6.000, turun ke Rp 5.500, dan kini turn lagi menjadiRp 5.000, selayaknya diikuti penurunan tarif angkutan umum. Namun, dia mengingatkan, tarif angkutan tidak semata-mata ditentukan oleh harga bahan bakar saja.

Kepala Dishub DKI Jakarta M Tauchid Tjakra Amidjaja membenarkan, pihaknya sedang menghitung berapa besaran penurunan tarif yang wajar. “Dengan penurunan harga premium yang mencapai Rp 1.000 dan solar Rp 700 per liter, mestinya ada nilai yang signifikan. Kami akan melihat kewajaran analisis mereka,” katanya.
Namun, dia memberi ancar-ancar berapa penurunan tarif yang wajar, yaitu tak lebih drai 15%. "Saya tidak bisa mengira-ngira berapa persen penurunannya, namun mungkin tidak sampai 15%, karena BBM hanyalah salah satu komponen tarif," tutur Tauchid lagi.

KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM DI JAKARTA
------------------------------------------------------------------------
No. JENIS TARIF LAMA TARIF BARU (pembulatan) KENAIKAN
------------------------------------------------------------------------
1. Bus kecil 2.400 2.900 – 3.000 20,8%
2. Bus sedang 2.000 2.340 – 2.500 17-25%
3. Bus reguler 1.900 2.280 – 2.500 20,0%
4. Bus patas 2.000 2.400 – 2.500 20-25%
5. Pelajar 500 700 – 1.000 40%
------------------------------------------------------------------------
(Sumber: diolah dari DPRD dan Gubernur DKI Jakarta)

Minta Waktu Sebulan
Diminta menghitung berapa tarif baru yang ditetapkan, Pihak DPDanda DKI Jakarta minta waktu sebulan untuk membuat perhitungan. Ketua DPD Organda DKI Harry JC Rotty menyatakan, bisa saja tarif angkutan diturunkan. Namun, tingkat penurunannya tidak wajar jika disamakan dengan persentas epenurunan harga bahan bakar. Sebab, kata dia, banyak faktor yang menentukan besaran tarif. Selain bahan bakar, antara lain, harga suku cadang, retribusi daerah, hingga masih banyaknya pungutan tidak resmi aliar liar (pungli).

“Ini menjadi pertimbangan dalam menurunkan tarif angkutan. Karena, dari dulu jika harga BBM turun, pemerintah tidak menjamin harga suku cadang juga ikut turun,” kata Herry. Dia berharap pemerintah mengontrol kalangan distributor agar harga suku cadang sebaiknya juga disesuaikan dengan penuruna premium sebesar 17% dan solar 13%.

Menurut Sekretaris Organda DKI TR Panjaitan, ada sekitar 80 item yang harus dikaji sebelum menetapkan penurunan tarif. Harga suku cadang sat ini justru telah naik 15%. “Jadi saya melihat bahwa penurunan harga BBM ini lebih bersifat politis, karena tidak pernah diikuti perhitungan pengeluaran. Kami akan evaluasi dulu penurunan tarif angkutan umum ini, minimal satu bulan,” katanya.

Sebelumnya, pada 6 Juni 2008, Pemprov DKI telah menetapkan kenaikan tarif angkutan umum sebesar 25% seiring dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan tarif itu dibuat dalam bentuk Peraturan Gubernur DKI Nomor 50 Tahun 2008. Tarif angkutan jenis mikrolet, Metromini, dan Kopaja, bus reguler, dan bus Patas AC menjadi sekitar Rp 6.000. Saat ini, tarif yang berlaku adalah mikrolet Rp 3.000, metromini dan Kopaja Rp 2.500, bus Rp 2.500, dan Patas AC menjadi Rp 6.000.

Bagi Organda, penurunan harga BBM itu dilematis, karena meski BBM turun, harga spare part (suku cadang) malah naik 15%. "Dari komponen-komponen itu, harga BBM hanya menyumbang 18%," katanya.

Sementara itu, Jembar S Waluyo, manajer operasi PT Bianglala Metropolitan (BMP) mewakili pihak operator berpendapat, kalaupun ada penurunan tarif angkutan, tidak akan sebesar penurunan harga BBM. “Sebab, banyak beban biaya yang justru naik, misalnya harga oli, ban, maupun sejumlah peralatan engine lainnya,” kata Jembar kepada Investor Daily, kemarin.